MAKALAH INI DIBUAT DEMI MEMENUHI TUGAS PENGANTAR KESEJAHTERAAN
SOSIAL
Dosen
pengampu: Noor Kamilah
Disusun Oleh:
Lashienta Lutvitasari (12250052)
Iin Rizkiyah (12250072)
Rina Oktafiana (12250080)
Dyah Wikandariningtyas (12250065)
Muhammad Ifan Firmansyah (12250028)
Doni Marta (12250071)
FAKULTAS DAKWAH
JURUSAN ILMU KESEJAHTERAAN
SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi
kemudahan kepada penulis sehingga makalah “Kecacatan”
ini dapat diselesaikan tepat waktu. Kemudian sholawat serta salam senantiasa
penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang sudah membawa umat manusia dari
zaman kebodohan kepada zaman yang penuh pencerahan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Noor Kamila selaku pengampu mata
kuliah Pengantar Kesejahteraan Sosial yang sudah memberikan berbagai
pengetahuan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan makalah ini. kemudian
penulis ucapkan kepada teman-teman kelompok 3 yang sudah berpartisipasi dalam
pembuatan makalah ini.
Makalah dengan judul “Kecacatan”
ini berisikan tentang kecatatan secara umum, penjabaran tentang kriteria
kecacatan, penyebab kecatatan dan beberapa hal untuk mengatasinya. Kemudian
penulis juga mengangkat beberapa isu-isu secara kontemporer yang terjadi di
masyarakat. Penulis berharap dengan penjelasan-penjelasan dalam makalah ini
dapat memberikan banyak pengetahuan kepada pembaca dan manfaat bagi kehidupan
pembaca.
Penulis terbuka dengan kritik dan saran yang dapat membangun kesempurnaan
makalah ini. apabila terjadi kesalahan dalam isi, bahasa ataupun pengetikan,
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Hormat Kami,
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................................... 1
A. Latarbelakang................................................................................................ 1
B. Rumusan
Masalah......................................................................................... 2
C. Tujuan............................................................................................................ 2
BAB II. PEMBAHASAN................................................................................................ 3
A. Kajian
Teori.................................................................................................... 3
a)
Definisi Kecacatan................................................................................... 3
b)
Klasifikasi Penyandang Cacat.................................................................. 4
c)
Penyebab Penyandang Cacat................................................................... 5
d)
Karakteristik Kecacatan........................................................................... 6
e)
Jenis Kecacatan........................................................................................ 7
f)
Dampak Kecacatan.................................................................................. 7
B. Kecacatan
Dalam Sudut Pandang Islam........................................................ 9
C. Membangun
Optimisme Penyandang Kecacatan Sebagai Penyelesaian 10
BAB III. PENUTUP.................................................................................................. 17
A. Kesimpulan.................................................................................................. 17
B. Saran.............................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 19
Lampiran.................................................................................................................... 20
A. Gambar
Penyandang Cacat........................................................................... 20
B. Hasil
Wawancara........................................................................................... 21
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Allah menciptakan manusia di dunia tidak ada yang sempurna. Bahkan setiap individu yang lahir di muka bumi ini
pasti berbeda, begitu pula anak kembar. Perbedaan warna kulit, RAS, suku, agama, tingkat
kecerdasan, dll merupakan hal yang wajar terjadi.Tidak hanya itu, perbedaan secara fisik yang
sehat dan terlahir sempurna maupun non fisik yang sering kita sebut penyandang
cacat, banyak kita jumpai dikehidupan kita sehari-hari. Individu yang secara fisik sama-sama memiliki cacat fisik akan berbeda
dengan individu yang secara fisik sama-sama tidak memiliki cacat fisik. Pada
dasarnya tidak ada individu yang menginginkan hal tersebut terjadi pada
dirinya. Namun, pada kenyataannya ini banyak terjadi di sekitar kita. Misal
saja teman, tetangga ,atau bahkan saudara kita sendiri mungkin mengalami hal
ini.
Cacat fisik yang diderita bisa dibawa sejak lahir maupun tidak dibawa
sejak lahir karena adanya penyakit tertentu yang diderita oleh individu,
seperti kecelakaan, polio, TBC, dll. Masalah
penyandang cacat ini bukan masalah kecil tapi masalah besar yang harus bisa
kita pecahkan bersama. Karena masalah ini meliputi segala aspek seperti
pendidikan, penghormatan, kesehatan dan ketenagakerjaan. Pemerintah melalui
Departemen Sosial telah mengupayakan berbagai hal untuk meningkatkan
kesejahteraan penyandang cacat, tetapi upaya tersebut dirasa kurang maksimal
oleh penyandang cacat sendiri. Hal yang paling berpengaruh dan menjadi kendala
adalah kurangnya perhatian masyarakat kepada penyandang cacat yang tidak
memberikan mereka kesempatan sama dan terkadang banyak masyarakat yang
mengucilkan mereka bahkan mereka terkadang hanya dipandang sebelah mata.
Ditambah lagi kurangnya pengetahuan masyarakat, orangtua dan keluarga dalam
menangani mereka dan memahami kecacatan itu sendiri.
Apabila ini dibiarkan dan tidak ada masyarakat yang
memberikan informasi maka akan sangat merugikan si penyandang cacat. Mereka
akan terasa sangat dikucilkan dan kurang berguna bagi sekitar. Hal tersebut
akan mempengaruhi segi psikologi penyandang cacat. Maka dari itu pentingnya
untuk kita memahami dan mengerti penyandang cacat itu sendiri.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan kecacatan?
2.
Apa Penyebab terjadinya
kecacatan?
3.
Bagaimana pandangan
islam terhadap kecacatan?
C. Tujuan Pembahasan
1.
Memberikan pengetahuan tentang arti kecacatan
2.
Memberikan pengetahuan tentang penyebab terjadinya
kecacatn
3.
Memberikan pengetahuan tentang pandangan islam terhadap
kecacatan
4.
Mengetahui tanggapan terhadap isu-isu tentang kecacatan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KAJIAN TEORITIK
1. Definisi
Kecacatan adalahhilang/terganggunya fungsi fisik atau kondisi
abnormalitas fungsi struktur anatomi psikologi maupun fisiologis. SedangkanPenyandang Cacat
adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan
rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan secara selayaknya, yang terdiri
dari penyandang cacat fisik, penyandang cacat mental serta penyandang cacat
fisik dan mental. Menurut WHO tahun 1980 membagi pengertian
penyandang cacat dalam 3 hal, yaitu :
a. Impairment : diartikan sebagai
suatu kehilangan atau ketidaknormalan baik psikologis, fisiologis maupun
kelainan struktur atau fungsi anatomis.
b. Disability :
suatu ketidakmampuan melaksanakan suatu aktivitas/kegiatan tertentu sebagaimana
layaknya orang normal yang disebabkan oleh kondisi impairment yang berhubungan
dengan usia dan masyarakat dimana seseorang berada.
c. Handicap :
kesulitan/kesukaran dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat baik
dibidang social ekonomi maupun psikologi yang dialami oleh seseorang yang
disebabkan oleh ketidakabnormalan psikis, fisiologis maupun tubuh dan ketidakmampuannya
melaksanakan kegiatan hidup secara normal.
Menurut Syech (1933), penyandang cacat tubuh adalah
keadaan yang terjadi sebagai akibat lanjut proses penyakit yang mengakibatkan
kerusakan jasmani atau rohani yang tidak reversible dan dalam hal ini terdapat
suatu kelainan fungsi dari alat-alat yang bersangkutan.
Jadi, dapat disimpulkan kecacatan merupakan
keterbatasan yang dialami makhluk hidup, khususnya manusia dalam menjalankan
kehidupan sehari-hari. Keterbatasan ini bisa berupa ketidakberfungsian organ
tubuh sebagai mana mestinya.
2. Klasifikasi Penyandang Cacat
Penyandang cacat dapat diklasifikasikan dalam 3
golongan, yaitu :
1)
Cacat Fisik
Adalah perubahan
bentuk tubuh yang mengakibatkan berkurangnya kemampuan normal untuk melakukan
gerakan dan aktivitas tertentu.
·
Cacat Tubuh
Yaitu Anggota tubuh
yang tidak lengkap oleh karena bawaan dari lahir, kecelakaan, maupun akibat
penyakit yang menyebabkan terganggunya mobilitas yang bersangkutan.
Contohnya: amputasi
tangan/kaki, paraplegia, kecacatan tulang,dll.
·
Cacat Rungu Wicara
Yaitu Kecacatan
sebagai akibat hilangnya/ terganggunya fungsi pendengaran dan atau fungsi
bicara baik disebabkan oleh kelahiran, kecelakaan maupun penyakit, terdiri dari
: cacat rungu dan wicara,cacat wicara, dan cacat rungu.
·
Cacat Netra
Yaitu Seseorang yang
terhambat mobilitas gerak yang disebabkan oleh hilang/berkurangnya fungsi
penglihatan sebagai akibat dari kelahiran, kecelakaan maupun penyakit, yang
terdiri dari :
Ø Buta total: tidak dapat melihat sama sekali objek di
depannya (hilangnya fungsi penglihatan).
Ø Persepsi cahaya: seseorang yang mampu membedakan
adanya cahaya atau tidak, tetapi tidak dapat menentukan objek atau benda di
depannya.
Ø Memiliki sisa penglihatan (lowvision): seseorang yang
dapat melihat samar-samar benda yang ada di depannya dan tidak dapat melihat
jari-jari tangan yang digerakkan dalam jarak 1 meter.
2)
Cacat Mental
Adalah kekurangan yang
menyebabkan nilai atau mutunya kurang baik atau kurang sempurna yang
bersangkutan dengan batin dan watak atau perilakunya. (hasan salwi, kamus besar
bahasa indonesia, jakarta : balai pustaka, 2001, hlm. 185 )
·
Cacat Mental Retardasi
Yaitu Seseorang yang
perkembangan mentalnya (IQ) tidak sejalan dengan pertumbuhan usianya biologis.
Ø Idiot : Kemampuan mental dan tingkah lakunya
setingkat dengan anak normal idiot usia 2 tahun, wajahnya terlihat seperti
wajah dungu.
Ø Embisil : kemampuan mental dan tingkah laku
nya setingkat dengan anak normal usia 3 – 7 tahun.
Ø Debil : Kemampuan mental dan tingkah lakunya
setingkat dengan anak normal usia 8 – 12 tahun.
·
Cacat Mental Eks
Psikotik
Yaitu seseorang yang
pernah mengalami gangguan jiwa.
3)
Cacat Fisikdan Mental
atau Cacat Ganda
Adalah Seseorang yang
memiliki kelainan pada fisik dan mentalnya.
3. Penyebab Penyandang
Cacat
Dalam garis besar, sebab timbulnya cacat
tubuh dapat disebabkan :
C.
1.
Kecacatan akibat kecelakaan
a. – Peperangan
b. – Kecelakaan kerja
c. – Kecelakaan lalu lintas
d. – Kecelakaan lain, seperti : kecelakaan di
rumah tangga
D.
2.
Cacat sejak lahir atau dalam kandungan
E.
3.
Cacat yang disebabkan oleh penyakit
a. – Penyakit folio
b. – Penyakit kelamin
c. – Penyakit TBC
d. – Cerebal palsy
e. – Penyakit kusta
f.
–
Diabetes militus
g. – Darah tinggi
F.
4.
Kecacatan karena malnutrisi dan keracunan makanan maupun minuman
G.
5.
Kecacatan karena alcoholism khronis dan penyalahgunaan narkotika
H.
6.
Kecacatan disebabkan oleh populasi dan pecemaran lingkungan serta bencana
I.
alam-
4. Karakteristik Kecacatan
1)
Aspek
Fisik
- Hambatan untuk melakukan aktivitas
sehari-hari
- Terbatasnya untuk melakukan kegiatan fisik
- Ketidakabnormalan bentuk fisik
2)
Aspek
Psikis
- Kurang percaya diri
- Mengisolir diri
- Agresif
- Pesimistis
- Masa bodoh
- Malu bergaul
- Cepat putus asa
- Mudah tersingung
- Mudah marah
3)
Aspek
Sosial
- Kemampuan bergaul terbatas
- Relasi social cenderung
inklusif/tertutup
- Integrasi social cenderung menunggu
4)
Aspek
Vokasional
Kesempatan kerja menjadi terbatas
5.
Jenis Kecacatan
menurut Frieda Mangunsong dkk
(1998) secara umum klasifikasi atau jenis kecacatan dapat dibagi atas :
a. Penyandang Cacat tubuh yang tergolong
bagian D (SLB D) ialah seseorang yang menderita cacat folio atau lainnya,
sehingga mengalami ketidaknormalan dalam fungsi tulang, otot-otot atau
koordinasi fungsi otot-otot. Akan tetapi pada umumnya mereka mempunyai
kemampuan kecerdasan normal.
b. Penyandang Cacat tubuh yang tergolong
bagian D1 (SLB D1) ialah seseorang yang menderita cacat semenjak lahir akibat
kerusakan otak seperti penderita cerebral palsy yang mengakibatkan tidak
berfungsinya tulang, otot, sendi dan syaraf-syaraf sehingga terjadi kelumpuhan,
kekauan dan kurangnya koordinasi motorik.
Namun demikian secara umum derajat
kecacatan badi penyandang cacat tubuh dibedakan menjadi :
a.
Cacat tubuh ringan
b.
Cacat tubuh sedang
c.
Cacat tubuh berat
6.
Dampak
Kecacatan
1. Bagi
Penyandang Cacat
a.
Masalah fisik
Kecacatan yang
diderita seseorang dapat mengakibatkan gangguan kemampuan fisik untuk melakukan
sesuatu perbuatan atau gerak tertentu yang berhubungan dengan kegiatan hidup
sehari-hari.
b.
Menyangkut Psikologis
Akibat kecacatan
dapat mengganggu kejiwaan/mental seseorang, sehingga seseorang menjadi rendah
diri atau sebaliknya menghargai dirinya terlalu berlebihan, mudah tersingung,
kadang-kadang agresif, pesimistis, labil, sulit untuk mengambil keputusan dan
sebagainya.
c.
Masalah Sosial Ekonomi
Masalah
social ekonomi tergambar dengan adanya kehidupan penyandang cacat tubuh yang
pada umumnya berada dibawah garis kemiskinan. Hal ini disebabkan oleh rendahnya
pendapatan.
d.
Masalah Pendidikan
Karena
kecacatan fisiknya, hal ini sering menimbulkan kesulitan khususnya anak umur
sekolah. Mereka memerlukan perhatian khusus baik dari orangtua maupun guru
disekolah. Sebagian besar kesulitan ini juga menyangkut transportasi antara
tempat tinggal kesekolah, serta kesulitan mempergunakan alat-alat sekolah.
e.
Masalah Vokasional
Kecacatan yang
diderita seseorang dapat mengakibatkan gangguan kemampuan fisik untuk melakukan
sesuatu seperti keterampilan tertentu, karena mereka kehilangan satu atau lebih
anggota badannya, sehingga mengganggu aktivitasnya.
2.
Masalah Keluarga
Keluarga yang
mempunyai anak cacat tubuh, sebagian ayah dan ibunya ada yang merasa malu,
akibat anaknya tidak dimasukkan sekolah, tidak boleh bergaul. Kasih saying yang
seperti diharapkan oleh anak-anak pada umumnya tidak diperoleh, sehingga anak
tersebut tidak dapat berkembang kemampuan dan kepribadiannya. Seringkali keluarga mengganggap memiliki
anak cacat sebai beban.
3.
Masalah Masyarakat
Masyarakat
yang memiliki warga yang menderita cacat tubuh akat turut terganggu kehidupannya,
selama penyandang cacatbelum dapat berdiri sendiri dan selalu menggantungkan
dirinya pada orang lain.
B.
KECACATAN
DALAM SUDUT PANDANG ISLAM
Kenapa Allah menciptakan
orang-orang yang cacat mental?
Al-Hamdulillah.
Sesungguhnya di antara pondasi ajaran Islam adalah mengimani hikmah Rabb
Subhanahu wa Ta'ala dalam penciptaan dan syariat-Nya. Dalam arti, bahwa Allah
tidak akan menciptakan sesuatu dengan sia-sia. Allah juga tidak akan
mensyariatkan sesutu yang tidak memiliki kemaslahatan bagi hamba-hamba-Nya.
Segala yang ada adalah di bawah kekuasaan dan kehendak-Nya. Allah
berfirman:"Allah menciptakan segala sesuatu.." (Az-Zumar : 65)
Di antara konsekuensi
kebijaksanaan Allah adalah diciptakannya hal-hal yang saling berlawanan. Allah
menciptakan para malaikat dan syetan, siang dan malam, baik dan buruk, bagus
dan jelek, keburukan dan kebaikan, menciptakan perbedaan dan keberpautan antara
sesama hamba-nya pada akal dan tubuhnya juga dalam kekuatan mereka. Allah juga
menciptakan di antara mereka ada yang kaya dan miskin, sekat dan sakit, berakal
dan bodoh. Di antara hikmah dalam penciptaan Allah bahwa Allah akan memberi
cobaan kepada mereka, dan menjadikan sebagian mereka sebagai cobaan bagi yang
lain. Agar menjadi jelas siapa yang bersyukur dan siapa yang kufur kepada-Nya.
Allah berfirman:
"Bukankah
telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum
merupakan sesuatu yang dapat disebut Sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan
perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat
Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan
ada pula yang kafir…" (Al-Insan : 1-3).
Juga firman Allah:
"Yang
menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang
lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun…" (Al-Mulk :
1)
Seorang
mukmin yang sehat bila melihat orang yang cacat akan dapat mengetahui
kenikmatan Allah dan bersyukur atas nikmat tersebut, memohon kepada Allah untuk
memberinya keselamatan. Ia juga tahu bahwa Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.
Para
hamba tidak akan mampu menguasai hikmah dari semua itu. Allah tidak bisa
ditanya tentang apa yang Dia perbuat, justru mereka yang akan dimintai
pertanggungjawaban atas perbuatan mereka. Segala hikmah Allah yang kita ketahui
dari Rabb kita harus kita imani. Dan yang tidak mampu kita ketahui, kita
serahkan kepada Rabb kita. Allah lebih mengetahui dan lebih bijaksana. Kita
hanya memiliki ilmu yang Allah ajarkan kepada kita, dan Dia-lah Yang Maha
Mengetahui dan Maha Bijaksana.
C.
MEMBANGUN OPTIMISME PENYANDANG CACAT SEBAGAI PENYELESAIAN DALAM ISU-ISU
KECACATAN
Keterbatasan fisik atau biasa disebut
kecacatan merupakan salah satu masalah dalam kesejahteraan sosial. Sering kita
melihat penyandang cacat ini dikucilkan, didiskriminasikan bahkan mungkin ada
yang dihina. Tidak heran apabila penyandang cacat ini merasa terpuruk dengan
keadaannya dan pesimis dalam menjalani kehidupannya.
Dalam masalah ini kita dapat menengok salah
satu tokoh islam seperti Abdullah bin Abbas yang menyadari bahwa dirinya akan
terkungkung dalam dibalik gelap dalam kehidupannya. Namun, ia tidak meratapi
nasibnya dengan malas. Justru dia menerima dengan keridhoan dan mengecilkan
arti derita yang ditanggungnya. Dia pernah berkata : “Jika Allah mengambil
cahaya dari kedua mataku. Maka didalam lisan dan pendengaranku masih ada
cahaya, hatiku cerdas dan akalku bukan akal yang jahat dan penuh tipu daya, dan
didalam mulutku terdapat ketajaman yang membekas laksana pedang.”
Akhirnya,optimisme yang ada dalam diri Abdullah bin Abbas ini membawa ia
menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain.[1]
Membangun jiwa semangat dalam diri penyandang
cacat menjadi faktor penting dalam menangani masalah kecacatan ini, seperti
halnya contoh diatas. Lebeling yang
telah tertanam dalam dirinya terhadap masyarakat sekitar telah menciptakan
situasi yang menghalangi optimisme penyandang cacat. Padahal jika ditelusuri
makna kecacatan tersebut, sebenarnya semua manusia memiliki hak yang sama,
walaupun dengan keterbatasan fisik seperti itu. Ketidakberfungsian fisik isi
belum tentu jiwa kreativitas, bakat atau kepandaiannya ikut tidak berfungsi.
Justru sering kita melihat orang-orang cacat yang sukses dalam kehidupannya.
Seperti Qian Hongyan yang berhasil mewujudkan impiannya bersaing dalam
pralimpiade 2012 di London.
Untuk mencapai tingkat optimisme yang
membangkitkan seperti contoh diatas, ada beberapa
komponen yang dapat mewujudkan keterbatasan itu menjadi berarti dan penting,
yaitu sebagai berikut :
1.
Faktor pemicu (Trigger Factor) :
adanya pemahaman diri dan pengubahan hidup menjadi lebih baik.
2.
Dukungan Sosial (Social Suport) :
adanya orang-orang tertentu yang memberikan nasihat, motivasi, mengarahkan dan
menunjukan jalan keluar dalam menghadapi setiap permasalahan dan melakukan
kegiatan terarah.
3.
Pemahaman Diri (Self Insight) :
adanya kesadaran untuk bangkit memperbaiki kondisi hidup yang dengan
keterbatasan dan tidak berlarut-larut lagi dalam kesedihan dan perasaan yang
tidak berguna.
4.
Makna Hidup (The Meaning Of Life)
: menatap masa depan dengan pengalaman-pengalaman dan berbagai peristiwa yang
menimpanya dijadikan acuan untuk kehidupan yang lebih baik.
5.
Pengubahan Sikap (Changing Attitude)
: adanya kesadaran untuk merubah hidup yang tadinya tidak terarah menjadi
terarah.
6.
Keikatan Diri (Self Commitment) :
memantapkan niat dan mengikrarkan diri untuk berusaha memenuhi tujuan dan
kebutuhan hidup sebaik-baiknya.
7.
Kegiatan Terarah (Directed Activities) : memanfaatkan keahlian yang
dimiliki untuk memenuhi hajat hidup.
8.
Tantangan-tantangan (Challenger)
: hambatan-hambatan yang dialami oleh penyandang kecacatan. Hal ini merupakan komponen
yang pasti ada, namun penyandang cacat harus bisa melewatinya.
Dari komponen-komponen diatas merupakan
komponen proses yang biasanya dialami oleh penyandang cacat untuk bangkit dari
keadaan yang menimpanya. Keadaan cacat ini akan menjadi pemicu bagi para
penyandang cacat untuk bangkit dan menjalani hidup sebaik mungkin. Hingga
keterbatasan yang dimiliki penyandang cacat ini akan tertutupi.
Optimisme yang dibangun oleh penyandang cacat
tadi tentu tidak lebas dari dukungan-dukungan lingkungan sekitarnya. Ada
beberapa faktor eksternal yang turut
berperan penting dalam mengatasi permasalahn kecacatan ini. Diantaranya
sebagai berikut :
1.
Faktor keluarga
Faktor keluarga yang merupakan tempat
manusia bersosialisasi pertama kali sangat membantu dalam membangun semangat
penyandang cacat. Pada faktor ini sangat terikat dengan nilai-nilai, keadaan
ekonomi dan suasana dalam keluarga. Apabila dalam keluarga tersebut senantiasa
menyebarkan suasana positif, sedikit demi sedikit optimisme penyandang cacat
ini dapat terbangun.
2.
Faktor kebutuhan fisikologis
Faktor ini menyangkut masalah hajat
hidup manusia. Yaitu terpenuhinya sandang, pangan dan papan serta kebutuhan
primer lainnya
3.
Faktor idola yang dikagumi
Faktor ini dapat memicu motivasi
untuk terus semangat seperti tokoh yang diidolakannya. Adanya sosok yang
dikagumi ini akan membantu dalam pembangunan optimisme kecacatan
4.
Faktor teman dekat/bergaul
Dukungan dari lngkungan
bergaul/pertemanan sangat diperlukan. Mengingat sosialisai yang sangat dekat
setelah keluarga adalah teman bergaul. Kenyamanan, keadaan positif, arahan yang
baik dapat diperankan oelh faktor ini.
5.
Faktor ingin berubah menjadi lebih baik
Adanya sebuah kesadaran yang memicu
untuk bangkit dari keterpurukan dan berusaha mejalani hidup lebih baik lagi.
Faktor ini tertanam dalam diri penyandang cacat.
6.
Kebutuhan akan penghargaan
Penghargaan
dibutuhkan juga karena untuk memupuk tingakat kepercayaan diri para penyandang
cacat dalam lingkungan masyarakatnya. Sehingga keberadaan dia dengan sebuah
keterbatasan tersebut dapat diakui dan dianggap ada.
7.
Kebutuhan akan rasa aman
Layaknya manusia normal lainnya,
perlindungan dan rasa aman sangat dibutuhkan juga. Mengingat seringnya
perlakuan negatif yang dilakukan terhadap penyandang kecacatan.
8.
Kebutuhan cinta kasih pada lingkungan sekitar
Rasa kasih sayang yang dilimpahkan
dari lingkungan masyarakat sekitar memang dibutuhkan. Hal tersebut untuk
membangun kenyamanan, ketenangan dan ketentraman para penyandang cacat dalam
menjalani kehidupannya.[3]
9.
Sarana dan Prasarana
Sarana dan
prasarana ini untuk membantu penyandang cacat beraktivitas dikehidupan
sehari-hari. Misalnya buku untuk tuna netra, alat pendengaran untuk tuna rungu,
toliet untuk difabel, kaki palsu untuk kaki yang diamputasi, dll. Seharusnya
hal ini dilakukan oleh lembaga-lembaga sosial atau pemerintah.
Perlu disadari bahwa setiap manusia tentu
tidak ingin dalam hidup keadaan cacat, baik fisik maupun mental. Akan tetapi,
apabila hal ini terjadi dalam lingkungan hidup kita, baik dalam keluarga, teman
atau saudara. Bukanlah sesuatu yang harus kita hindari atau kucilkan, justru
mereka membutuhkan uluran tangan dari orang lain, support dari keluarga atau
dukungan materil dari masyarakat sekitarnya.
Kecacatan bukanlah alasan untuk seseorang
diperlakukan tidak adil, semena-mena atau didiskriminasikan. Pada dasarnya
penyandang cacat memiliki hak yang sama dalam kehidupan sehari-hari, baik
mengenai kebutuhan primer ataupun sekunder. Seperti telah dijabarkan dalam
pembahsan diatas bahwa Allah SWT menciptakan sesuatu tidak akan sia-sia,
artinya pasti dibalik apa yang diciptakan oleh Allah SWT memiliki
kebermanfaatan atau kelebihan yang terkadang kita tidak menyadarinya.
Seperti halnya Anggres (penyandang tuna rungu
wicara) yang selalu tetap semangat dalam
mengejar impiannya sebagai relawan bagi tuna rungu wicara.[4]Kita dapat mengambilibrah bahwa penyandang cacat pun begitu
gigih untuk menjadi berguna bagi orang lain, apa lagi dengan manusia yang
terlahir sempurna. Allah SWT menciptakan sesuatu tidak akan sia-sia, berarti
manusia pun diciptakan tidaklah sia-sia.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
kecacatan merupakan keterbatasan yang dialami makhluk hidup,
khususnya manusia dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Keterbatasan ini
bisa berupa ketidakberfungsian organ tubuh sebagai mana mestinya.
Perubahan fisik anak sangat berpengaruh terhadap proses
mental dan pergaulan anak. perubahan dan perkembangan fisik anak yang optimal
berpengaruh pada kemampuannya beradaptasi dan berkembang terhadap lingkungan
disekitarnya. Konsep diri yang baik akan lebih mudah terbentuk dengan anugerah
fisik yang baik. Sementara anak-anak dengan cacat fisik mungkin tidak
mengalami ketidakpercayaan diri yang akhirnya berpengaruh besar pada
pembentukan konsep dirinya . Karena diri merupakan aspek yang sangat
penting dalam kehidupan individu, sebab konsep diri ini yang memberi identitas
mengenai individu tersebut, serta menentukan keberhasilanya dalam
interaksi sosial dan adaptasi terhadap lingkungan.[5]
Cacat dapat sebabkan dari kandungan maupun setelah
dewasa(kecelakaan, penyakit, alkohol, dll). Kecacatan dapat berdampak pada Masalah fisik,
Menyangkut
PsikologisMasalah Sosial Ekonomi,Masalah Pendidikan,
dan Masalah
Vokasional. Maka dari itu di prlukan peran
keluarga dan lingkungan sekitar.
Di antara hikmah dalam
penciptaan Allah bahwa Allah akan memberi cobaan kepada mereka, dan menjadikan
sebagian mereka sebagai cobaan bagi yang lain. Agar menjadi jelas siapa yang
bersyukur dan siapa yang kufur kepada-Nya.
B.
Saran
·
Referensi dari buku masih kurang. Karena
keterbatasan sumber buku. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat
melengkapi dengan referensi yang lebih detail.
DAFTAR PUSTAKA
Nasirin.2010.”Kebermaknaan
Hidup Difabel (Skripsi)”.Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga
Saniscara, Irma Dyah.2011.”Faktor
Yang Berperan Dalam Melahirkan Kreativitas Besar Seorang Difabel (Skripsi)”.Yogyakarta:
UIN Sunan Kalijaga
“Berita Difabel Vivanews”,http://ureport.news.viva.co.id/news/read/287503-motivasi-islami-untuk-kehidupan-kaum-difabel(diakses 21 mei 2013)
“Kecacatan”. (www.google.com) http://www.kemsos.go.id/modules.php?name=glosariumkesos (diakses 20 mei 2013)
kecacatan fisik”http://eccozoezanto.blogspot.com/2013/04/anak-anak-dengan-kecacatan-fisik.html (diakses 21 mei 2013)
A. Lampiran 1
GAMBAR PENYANDANG KECACATAN
Qian Hongyan, Perenang.
Wawancara dengan anggres, penyandang tuna rungu wicara
B. Lampiran 2
WAWANCARA
Lanjutan
[1]“Berita Difabel Vivanews”,http://ureport.news.viva.co.id/news/read/287503-motivasi-islami-untuk-kehidupan-kaum-difabel(diakses
21 mei 2012)
[2]Nasirin, “Kebermaknaan Hidup
Difabel (skripsi)”, (Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga, 2010), hal. 75
[3] Irma Dyah Saniscara, “Faktor
Yang Berperan Dalam Melahirkan Kreativitas Besar Seorang Difabel (skripsi)”,(Yogyakarta:UIN
Sunan Kalijaga,2011), hal. 56
[4] Hasil wawancara kepada Anggres, penyandang tuna rungu dan wicara
(selasa, 22 Mei 2012)
[5] “kecacatan fisik”http://eccozoezanto.blogspot.com/2013/04/anak-anak-dengan-kecacatan-fisik.html
(diakses 21 mei 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar