Daku...

Aku akan tempuh hari hariku bersama cinta yang utama, Aku ingin mati di jalan ini bersama kemuliaanyang tak terkira,Aku tidak akan menyerah selamanya tidak akan menyerah di jalan-Nya.

Senin, 10 Juni 2013

Kecacatan





MAKALAH INI DIBUAT DEMI MEMENUHI TUGAS PENGANTAR KESEJAHTERAAN SOSIAL

Dosen pengampu: Noor Kamilah



Disusun Oleh:
Lashienta Lutvitasari                    (12250052)
Iin Rizkiyah                                  (12250072)
Rina Oktafiana                             (12250080)
Dyah Wikandariningtyas              (12250065)
Muhammad Ifan Firmansyah       (12250028)
Doni Marta                                   (12250071)






FAKULTAS DAKWAH
JURUSAN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2013


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi kemudahan kepada penulis sehingga makalah “Kecacatan” ini dapat diselesaikan tepat waktu. Kemudian sholawat serta salam senantiasa penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang sudah membawa umat manusia dari zaman kebodohan kepada zaman yang penuh pencerahan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Noor Kamila selaku pengampu mata kuliah Pengantar Kesejahteraan Sosial yang sudah memberikan berbagai pengetahuan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan makalah ini. kemudian penulis ucapkan kepada teman-teman kelompok 3 yang sudah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
Makalah dengan judul “Kecacatan” ini berisikan tentang kecatatan secara umum, penjabaran tentang kriteria kecacatan, penyebab kecatatan dan beberapa hal untuk mengatasinya. Kemudian penulis juga mengangkat beberapa isu-isu secara kontemporer yang terjadi di masyarakat. Penulis berharap dengan penjelasan-penjelasan dalam makalah ini dapat memberikan banyak pengetahuan kepada pembaca dan manfaat bagi kehidupan pembaca.
Penulis terbuka dengan kritik dan saran yang dapat membangun kesempurnaan makalah ini. apabila terjadi kesalahan dalam isi, bahasa ataupun pengetikan, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.


Hormat Kami,

Penulis




DAFTAR ISI

JUDUL.........................................................................................................................             i
KATA PENGANTAR......................................................................................................             ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................                       iii
BAB I. PENDAHULUAN...............................................................................................             1
A.      Latarbelakang................................................................................................             1
B.      Rumusan Masalah.........................................................................................             2
C.      Tujuan............................................................................................................             2
BAB II. PEMBAHASAN................................................................................................             3
A.      Kajian Teori....................................................................................................             3
a)      Definisi Kecacatan...................................................................................             3
b)      Klasifikasi Penyandang Cacat..................................................................             4
c)      Penyebab Penyandang Cacat...................................................................             5
d)      Karakteristik Kecacatan...........................................................................             6
e)      Jenis Kecacatan........................................................................................             7
f)       Dampak Kecacatan..................................................................................             7
B.      Kecacatan Dalam Sudut Pandang Islam........................................................             9
C.      Membangun Optimisme Penyandang Kecacatan Sebagai Penyelesaian                  10
BAB III. PENUTUP..................................................................................................                  17
A.      Kesimpulan..................................................................................................               17
B.      Saran..............................................................................................................             18
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................             19
Lampiran....................................................................................................................             20
A.      Gambar Penyandang Cacat...........................................................................             20
B.      Hasil Wawancara...........................................................................................             21









BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
Allah menciptakan manusia di dunia tidak ada yang sempurna. Bahkan setiap individu yang lahir di muka bumi ini pasti berbeda, begitu pula anak kembar. Perbedaan warna kulit, RAS, suku, agama, tingkat kecerdasan, dll merupakan hal yang wajar terjadi.Tidak hanya itu, perbedaan secara fisik yang sehat dan terlahir sempurna maupun non fisik yang sering kita sebut penyandang cacat, banyak kita jumpai dikehidupan kita sehari-hari. Individu yang secara fisik sama-sama memiliki cacat fisik akan berbeda dengan individu yang secara fisik sama-sama tidak memiliki cacat fisik. Pada dasarnya tidak ada individu yang menginginkan hal tersebut terjadi pada dirinya. Namun, pada kenyataannya ini banyak terjadi di sekitar kita. Misal saja teman, tetangga ,atau bahkan saudara kita sendiri mungkin mengalami hal ini.
Cacat fisik yang diderita bisa dibawa sejak lahir maupun tidak dibawa sejak lahir karena adanya penyakit tertentu yang diderita oleh individu, seperti kecelakaan, polio, TBC, dll. Masalah penyandang cacat ini bukan masalah kecil tapi masalah besar yang harus bisa kita pecahkan bersama. Karena masalah ini meliputi segala aspek seperti pendidikan, penghormatan, kesehatan dan ketenagakerjaan. Pemerintah melalui Departemen Sosial telah mengupayakan berbagai hal untuk meningkatkan kesejahteraan penyandang cacat, tetapi upaya tersebut dirasa kurang maksimal oleh penyandang cacat sendiri. Hal yang paling berpengaruh dan menjadi kendala adalah kurangnya perhatian masyarakat kepada penyandang cacat yang tidak memberikan mereka kesempatan sama dan terkadang banyak masyarakat yang mengucilkan mereka bahkan mereka terkadang hanya dipandang sebelah mata. Ditambah lagi kurangnya pengetahuan masyarakat, orangtua dan keluarga dalam menangani mereka dan memahami kecacatan itu sendiri.
Apabila ini dibiarkan dan tidak ada masyarakat yang memberikan informasi maka akan sangat merugikan si penyandang cacat. Mereka akan terasa sangat dikucilkan dan kurang berguna bagi sekitar. Hal tersebut akan mempengaruhi segi psikologi penyandang cacat. Maka dari itu pentingnya untuk kita memahami dan mengerti penyandang cacat itu sendiri.
B.      Rumusan Masalah
1.                  Apa yang dimaksud dengan kecacatan?
2.                  Apa Penyebab terjadinya kecacatan?
3.                  Bagaimana pandangan islam terhadap kecacatan?
4.                  Apa tanggapan terhadap isu-isu kecacatan?

C.      Tujuan Pembahasan
1.              Memberikan pengetahuan tentang arti kecacatan
2.              Memberikan pengetahuan tentang penyebab terjadinya kecacatn
3.              Memberikan pengetahuan tentang pandangan islam terhadap kecacatan
4.              Mengetahui tanggapan terhadap isu-isu tentang kecacatan







BAB II
PEMBAHASAN

A.      KAJIAN TEORITIK

1.      Definisi
Kecacatan adalahhilang/terganggunya fungsi fisik atau kondisi abnormalitas fungsi struktur anatomi psikologi maupun fisiologis. SedangkanPenyandang Cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan secara selayaknya, yang terdiri dari penyandang cacat fisik, penyandang cacat mental serta penyandang cacat fisik dan mental. Menurut WHO tahun 1980 membagi pengertian penyandang cacat dalam 3 hal, yaitu :
a.      Impairment     :  diartikan sebagai suatu kehilangan atau ketidaknormalan baik psikologis, fisiologis maupun kelainan struktur atau fungsi anatomis.
b.      Disability         : suatu ketidakmampuan melaksanakan suatu aktivitas/kegiatan tertentu sebagaimana layaknya orang normal yang disebabkan oleh kondisi impairment yang berhubungan dengan usia dan masyarakat dimana seseorang berada.
c.        Handicap        : kesulitan/kesukaran dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat baik dibidang social ekonomi maupun psikologi yang dialami oleh seseorang yang disebabkan oleh ketidakabnormalan psikis, fisiologis maupun tubuh dan ketidakmampuannya melaksanakan kegiatan hidup secara normal.
Menurut Syech (1933), penyandang cacat tubuh adalah keadaan yang terjadi sebagai akibat lanjut proses penyakit yang mengakibatkan kerusakan jasmani atau rohani yang tidak reversible dan dalam hal ini terdapat suatu kelainan fungsi dari alat-alat yang bersangkutan.
Jadi, dapat disimpulkan kecacatan merupakan keterbatasan yang dialami makhluk hidup, khususnya manusia dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Keterbatasan ini bisa berupa ketidakberfungsian organ tubuh sebagai mana mestinya.
2.      Klasifikasi Penyandang Cacat
Penyandang cacat dapat diklasifikasikan dalam 3 golongan, yaitu :
1)      Cacat Fisik
Adalah perubahan bentuk tubuh yang mengakibatkan berkurangnya kemampuan normal untuk melakukan gerakan dan aktivitas tertentu.
·         Cacat Tubuh
Yaitu Anggota tubuh yang tidak lengkap oleh karena bawaan dari lahir, kecelakaan, maupun akibat penyakit yang menyebabkan terganggunya mobilitas yang bersangkutan.
Contohnya: amputasi tangan/kaki, paraplegia, kecacatan tulang,dll.
·         Cacat Rungu Wicara
Yaitu Kecacatan sebagai akibat hilangnya/ terganggunya fungsi pendengaran dan atau fungsi bicara baik disebabkan oleh kelahiran, kecelakaan maupun penyakit, terdiri dari : cacat rungu dan wicara,cacat wicara, dan cacat rungu.
·         Cacat Netra
Yaitu Seseorang yang terhambat mobilitas gerak yang disebabkan oleh hilang/berkurangnya fungsi penglihatan sebagai akibat dari kelahiran, kecelakaan maupun penyakit, yang terdiri dari :
Ø  Buta total: tidak dapat melihat sama sekali objek di depannya (hilangnya fungsi penglihatan).
Ø  Persepsi cahaya: seseorang yang mampu membedakan adanya cahaya atau tidak, tetapi tidak dapat menentukan objek atau benda di depannya.
Ø  Memiliki sisa penglihatan (lowvision): seseorang yang dapat melihat samar-samar benda yang ada di depannya dan tidak dapat melihat jari-jari tangan yang digerakkan dalam jarak 1 meter.

2)      Cacat Mental
Adalah kekurangan yang menyebabkan nilai atau mutunya kurang baik atau kurang sempurna yang bersangkutan dengan batin dan watak atau perilakunya. (hasan salwi, kamus besar bahasa indonesia, jakarta : balai pustaka, 2001, hlm. 185 )
·         Cacat Mental Retardasi
Yaitu Seseorang yang perkembangan mentalnya (IQ) tidak sejalan dengan pertumbuhan usianya biologis.
Ø  Idiot     : Kemampuan mental dan tingkah lakunya setingkat dengan anak normal idiot usia 2 tahun, wajahnya terlihat seperti wajah dungu.
Ø  Embisil            : kemampuan mental dan tingkah laku nya setingkat dengan anak normal usia 3 – 7 tahun.
Ø  Debil    : Kemampuan mental dan tingkah lakunya setingkat dengan anak normal usia 8 – 12 tahun.
·         Cacat Mental Eks Psikotik
Yaitu seseorang yang pernah mengalami gangguan jiwa.
3)      Cacat Fisikdan Mental atau Cacat Ganda
Adalah Seseorang yang memiliki kelainan pada fisik dan mentalnya.

3.      Penyebab Penyandang Cacat
Dalam garis besar, sebab timbulnya cacat tubuh dapat disebabkan :
C.      1. Kecacatan akibat kecelakaan
a.      – Peperangan
b.      – Kecelakaan kerja
c.       – Kecelakaan lalu lintas
d.      – Kecelakaan lain, seperti : kecelakaan di rumah tangga 
D.     2. Cacat sejak lahir atau dalam kandungan
E.      3. Cacat yang disebabkan oleh penyakit
a.      – Penyakit folio
b.      – Penyakit kelamin
c.       – Penyakit TBC
d.      – Cerebal palsy
e.      – Penyakit kusta
f.        – Diabetes militus
g.      – Darah tinggi
F.       4. Kecacatan karena malnutrisi dan keracunan makanan maupun minuman
G.     5. Kecacatan karena alcoholism khronis dan penyalahgunaan narkotika
H.     6. Kecacatan disebabkan oleh populasi dan pecemaran lingkungan serta bencana
I.            alam-

4.      Karakteristik Kecacatan

1)      Aspek Fisik
      - Hambatan untuk melakukan aktivitas sehari-hari
      - Terbatasnya untuk melakukan kegiatan fisik
      - Ketidakabnormalan bentuk fisik
2)      Aspek Psikis
      - Kurang percaya diri
      - Mengisolir diri
      - Agresif
      - Pesimistis
      - Masa bodoh
      - Malu bergaul
      - Cepat putus asa
      - Mudah tersingung
      - Mudah marah
3)      Aspek Sosial
      - Kemampuan bergaul terbatas
      - Relasi social cenderung inklusif/tertutup
      - Integrasi social cenderung menunggu
4)      Aspek Vokasional
      Kesempatan kerja menjadi terbatas

5.      Jenis Kecacatan
menurut Frieda Mangunsong dkk (1998) secara umum klasifikasi atau jenis kecacatan dapat dibagi atas :
a.      Penyandang Cacat tubuh yang tergolong bagian D (SLB D) ialah seseorang yang menderita cacat folio atau lainnya, sehingga mengalami ketidaknormalan dalam fungsi tulang, otot-otot atau koordinasi fungsi otot-otot. Akan tetapi pada umumnya mereka mempunyai kemampuan kecerdasan normal.
b.      Penyandang Cacat tubuh yang tergolong bagian D1 (SLB D1) ialah seseorang yang menderita cacat semenjak lahir akibat kerusakan otak seperti penderita cerebral palsy yang mengakibatkan tidak berfungsinya tulang, otot, sendi dan syaraf-syaraf sehingga terjadi kelumpuhan, kekauan dan kurangnya koordinasi motorik.
Namun demikian secara umum derajat kecacatan badi penyandang cacat tubuh dibedakan menjadi :
a.       Cacat tubuh ringan
b.      Cacat tubuh sedang
c.       Cacat tubuh berat

6.      Dampak Kecacatan

1.      Bagi Penyandang Cacat
a.      Masalah fisik
Kecacatan yang diderita seseorang dapat mengakibatkan gangguan kemampuan fisik untuk melakukan sesuatu perbuatan atau gerak tertentu yang berhubungan dengan kegiatan hidup sehari-hari.

b.      Menyangkut Psikologis
Akibat kecacatan dapat mengganggu kejiwaan/mental seseorang, sehingga seseorang menjadi rendah diri atau sebaliknya menghargai dirinya terlalu berlebihan, mudah tersingung, kadang-kadang agresif, pesimistis, labil, sulit untuk mengambil keputusan dan sebagainya.

c.       Masalah Sosial Ekonomi
Masalah social ekonomi tergambar dengan adanya kehidupan penyandang cacat tubuh yang pada umumnya berada dibawah garis kemiskinan. Hal ini disebabkan oleh rendahnya pendapatan.

d.      Masalah Pendidikan
Karena kecacatan fisiknya, hal ini sering menimbulkan kesulitan khususnya anak umur sekolah. Mereka memerlukan perhatian khusus baik dari orangtua maupun guru disekolah. Sebagian besar kesulitan ini juga menyangkut transportasi antara tempat tinggal kesekolah, serta kesulitan mempergunakan alat-alat sekolah.

e.      Masalah Vokasional
Kecacatan yang diderita seseorang dapat mengakibatkan gangguan kemampuan fisik untuk melakukan sesuatu seperti keterampilan tertentu, karena mereka kehilangan satu atau lebih anggota badannya, sehingga mengganggu aktivitasnya.

2.      Masalah Keluarga
Keluarga yang mempunyai anak cacat tubuh, sebagian ayah dan ibunya ada yang merasa malu, akibat anaknya tidak dimasukkan sekolah, tidak boleh bergaul. Kasih saying yang seperti diharapkan oleh anak-anak pada umumnya tidak diperoleh, sehingga anak tersebut tidak dapat berkembang kemampuan dan kepribadiannya. Seringkali keluarga mengganggap memiliki anak cacat sebai beban.

3.      Masalah Masyarakat
Masyarakat yang memiliki warga yang menderita cacat tubuh akat turut terganggu kehidupannya, selama penyandang cacatbelum dapat berdiri sendiri dan selalu menggantungkan dirinya pada orang lain.


B.      KECACATAN DALAM SUDUT PANDANG ISLAM

Kenapa Allah menciptakan orang-orang yang cacat mental?
Al-Hamdulillah. Sesungguhnya di antara pondasi ajaran Islam adalah mengimani hikmah Rabb Subhanahu wa Ta'ala dalam penciptaan dan syariat-Nya. Dalam arti, bahwa Allah tidak akan menciptakan sesuatu dengan sia-sia. Allah juga tidak akan mensyariatkan sesutu yang tidak memiliki kemaslahatan bagi hamba-hamba-Nya. Segala yang ada adalah di bawah kekuasaan dan kehendak-Nya. Allah berfirman:"Allah menciptakan segala sesuatu.." (Az-Zumar : 65)
Di antara konsekuensi kebijaksanaan Allah adalah diciptakannya hal-hal yang saling berlawanan. Allah menciptakan para malaikat dan syetan, siang dan malam, baik dan buruk, bagus dan jelek, keburukan dan kebaikan, menciptakan perbedaan dan keberpautan antara sesama hamba-nya pada akal dan tubuhnya juga dalam kekuatan mereka. Allah juga menciptakan di antara mereka ada yang kaya dan miskin, sekat dan sakit, berakal dan bodoh. Di antara hikmah dalam penciptaan Allah bahwa Allah akan memberi cobaan kepada mereka, dan menjadikan sebagian mereka sebagai cobaan bagi yang lain. Agar menjadi jelas siapa yang bersyukur dan siapa yang kufur kepada-Nya. Allah berfirman:
"Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir…" (Al-Insan : 1-3).
Juga firman Allah:
"Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun…" (Al-Mulk : 1)
Seorang mukmin yang sehat bila melihat orang yang cacat akan dapat mengetahui kenikmatan Allah dan bersyukur atas nikmat tersebut, memohon kepada Allah untuk memberinya keselamatan. Ia juga tahu bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Para hamba tidak akan mampu menguasai hikmah dari semua itu. Allah tidak bisa ditanya tentang apa yang Dia perbuat, justru mereka yang akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan mereka. Segala hikmah Allah yang kita ketahui dari Rabb kita harus kita imani. Dan yang tidak mampu kita ketahui, kita serahkan kepada Rabb kita. Allah lebih mengetahui dan lebih bijaksana. Kita hanya memiliki ilmu yang Allah ajarkan kepada kita, dan Dia-lah Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana.

C.      MEMBANGUN OPTIMISME PENYANDANG CACAT SEBAGAI PENYELESAIAN DALAM ISU-ISU KECACATAN
Keterbatasan fisik atau biasa disebut kecacatan merupakan salah satu masalah dalam kesejahteraan sosial. Sering kita melihat penyandang cacat ini dikucilkan, didiskriminasikan bahkan mungkin ada yang dihina. Tidak heran apabila penyandang cacat ini merasa terpuruk dengan keadaannya dan pesimis dalam menjalani kehidupannya.
Dalam masalah ini kita dapat menengok salah satu tokoh islam seperti Abdullah bin Abbas yang menyadari bahwa dirinya akan terkungkung dalam dibalik gelap dalam kehidupannya. Namun, ia tidak meratapi nasibnya dengan malas. Justru dia menerima dengan keridhoan dan mengecilkan arti derita yang ditanggungnya. Dia pernah berkata : “Jika Allah mengambil cahaya dari kedua mataku. Maka didalam lisan dan pendengaranku masih ada cahaya, hatiku cerdas dan akalku bukan akal yang jahat dan penuh tipu daya, dan didalam mulutku terdapat ketajaman yang membekas laksana pedang.” Akhirnya,optimisme yang ada dalam diri Abdullah bin Abbas ini membawa ia menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain.[1]
Membangun jiwa semangat dalam diri penyandang cacat menjadi faktor penting dalam menangani masalah kecacatan ini, seperti halnya contoh diatas. Lebeling yang telah tertanam dalam dirinya terhadap masyarakat sekitar telah menciptakan situasi yang menghalangi optimisme penyandang cacat. Padahal jika ditelusuri makna kecacatan tersebut, sebenarnya semua manusia memiliki hak yang sama, walaupun dengan keterbatasan fisik seperti itu. Ketidakberfungsian fisik isi belum tentu jiwa kreativitas, bakat atau kepandaiannya ikut tidak berfungsi. Justru sering kita melihat orang-orang cacat yang sukses dalam kehidupannya. Seperti Qian Hongyan yang berhasil mewujudkan impiannya bersaing dalam pralimpiade 2012 di London.
Untuk mencapai tingkat optimisme yang membangkitkan seperti contoh diatas, ada beberapa komponen yang dapat mewujudkan keterbatasan itu menjadi berarti dan penting, yaitu sebagai berikut :
1.      Faktor pemicu (Trigger Factor) : adanya pemahaman diri dan pengubahan hidup menjadi lebih baik.
2.      Dukungan Sosial (Social Suport) : adanya orang-orang tertentu yang memberikan nasihat, motivasi, mengarahkan dan menunjukan jalan keluar dalam menghadapi setiap permasalahan dan melakukan kegiatan terarah.
3.      Pemahaman Diri (Self Insight) : adanya kesadaran untuk bangkit memperbaiki kondisi hidup yang dengan keterbatasan dan tidak berlarut-larut lagi dalam kesedihan dan perasaan yang tidak berguna.
4.      Makna Hidup (The Meaning Of Life) : menatap masa depan dengan pengalaman-pengalaman dan berbagai peristiwa yang menimpanya dijadikan acuan untuk kehidupan yang lebih baik.
5.      Pengubahan Sikap (Changing Attitude) : adanya kesadaran untuk merubah hidup yang tadinya tidak terarah menjadi terarah.
6.      Keikatan Diri (Self Commitment) : memantapkan niat dan mengikrarkan diri untuk berusaha memenuhi tujuan dan kebutuhan hidup sebaik-baiknya.
7.      Kegiatan Terarah (Directed Activities) : memanfaatkan keahlian yang dimiliki untuk memenuhi hajat hidup.
8.      Tantangan-tantangan (Challenger) : hambatan-hambatan yang dialami oleh penyandang kecacatan. Hal ini merupakan komponen yang pasti ada, namun penyandang cacat harus bisa melewatinya.
9.      Keimanan (Faith) : adanya keyakinan akan perlindungan Allah SWT dalam menjalankan kebaikan.[2]
Dari komponen-komponen diatas merupakan komponen proses yang biasanya dialami oleh penyandang cacat untuk bangkit dari keadaan yang menimpanya. Keadaan cacat ini akan menjadi pemicu bagi para penyandang cacat untuk bangkit dan menjalani hidup sebaik mungkin. Hingga keterbatasan yang dimiliki penyandang cacat ini akan tertutupi.
Optimisme yang dibangun oleh penyandang cacat tadi tentu tidak lebas dari dukungan-dukungan lingkungan sekitarnya. Ada beberapa faktor eksternal yang turut berperan penting dalam mengatasi permasalahn kecacatan ini. Diantaranya sebagai berikut :
1.      Faktor keluarga
Faktor keluarga yang merupakan tempat manusia bersosialisasi pertama kali sangat membantu dalam membangun semangat penyandang cacat. Pada faktor ini sangat terikat dengan nilai-nilai, keadaan ekonomi dan suasana dalam keluarga. Apabila dalam keluarga tersebut senantiasa menyebarkan suasana positif, sedikit demi sedikit optimisme penyandang cacat ini dapat terbangun.

2.      Faktor kebutuhan fisikologis
Faktor ini menyangkut masalah hajat hidup manusia. Yaitu terpenuhinya sandang, pangan dan papan serta kebutuhan primer lainnya

3.      Faktor idola yang dikagumi
Faktor ini dapat memicu motivasi untuk terus semangat seperti tokoh yang diidolakannya. Adanya sosok yang dikagumi ini akan membantu dalam pembangunan optimisme kecacatan

4.      Faktor teman dekat/bergaul
Dukungan dari lngkungan bergaul/pertemanan sangat diperlukan. Mengingat sosialisai yang sangat dekat setelah keluarga adalah teman bergaul. Kenyamanan, keadaan positif, arahan yang baik dapat diperankan oelh faktor ini.

5.      Faktor ingin berubah menjadi lebih baik
Adanya sebuah kesadaran yang memicu untuk bangkit dari keterpurukan dan berusaha mejalani hidup lebih baik lagi. Faktor ini tertanam dalam diri penyandang cacat.

6.      Kebutuhan akan penghargaan
Penghargaan dibutuhkan juga karena untuk memupuk tingakat kepercayaan diri para penyandang cacat dalam lingkungan masyarakatnya. Sehingga keberadaan dia dengan sebuah keterbatasan tersebut dapat diakui dan dianggap ada.

7.      Kebutuhan akan rasa aman
Layaknya manusia normal lainnya, perlindungan dan rasa aman sangat dibutuhkan juga. Mengingat seringnya perlakuan negatif yang dilakukan terhadap penyandang kecacatan.

8.      Kebutuhan cinta kasih pada lingkungan sekitar
Rasa kasih sayang yang dilimpahkan dari lingkungan masyarakat sekitar memang dibutuhkan. Hal tersebut untuk membangun kenyamanan, ketenangan dan ketentraman para penyandang cacat dalam menjalani kehidupannya.[3]

9.      Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana ini untuk membantu penyandang cacat beraktivitas dikehidupan sehari-hari. Misalnya buku untuk tuna netra, alat pendengaran untuk tuna rungu, toliet untuk difabel, kaki palsu untuk kaki yang diamputasi, dll. Seharusnya hal ini dilakukan oleh lembaga-lembaga sosial atau pemerintah.
Perlu disadari bahwa setiap manusia tentu tidak ingin dalam hidup keadaan cacat, baik fisik maupun mental. Akan tetapi, apabila hal ini terjadi dalam lingkungan hidup kita, baik dalam keluarga, teman atau saudara. Bukanlah sesuatu yang harus kita hindari atau kucilkan, justru mereka membutuhkan uluran tangan dari orang lain, support dari keluarga atau dukungan materil dari masyarakat sekitarnya.
Kecacatan bukanlah alasan untuk seseorang diperlakukan tidak adil, semena-mena atau didiskriminasikan. Pada dasarnya penyandang cacat memiliki hak yang sama dalam kehidupan sehari-hari, baik mengenai kebutuhan primer ataupun sekunder. Seperti telah dijabarkan dalam pembahsan diatas bahwa Allah SWT menciptakan sesuatu tidak akan sia-sia, artinya pasti dibalik apa yang diciptakan oleh Allah SWT memiliki kebermanfaatan atau kelebihan yang terkadang kita tidak menyadarinya.
Seperti halnya Anggres (penyandang tuna rungu wicara)  yang selalu tetap semangat dalam mengejar impiannya sebagai relawan bagi tuna rungu  wicara.[4]Kita dapat mengambilibrah bahwa penyandang cacat pun begitu gigih untuk menjadi berguna bagi orang lain, apa lagi dengan manusia yang terlahir sempurna. Allah SWT menciptakan sesuatu tidak akan sia-sia, berarti manusia pun diciptakan tidaklah sia-sia.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
kecacatan merupakan keterbatasan yang dialami makhluk hidup, khususnya manusia dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Keterbatasan ini bisa berupa ketidakberfungsian organ tubuh sebagai mana mestinya.
Perubahan fisik anak sangat  berpengaruh terhadap proses mental dan pergaulan anak. perubahan dan perkembangan fisik anak yang optimal berpengaruh pada kemampuannya beradaptasi dan berkembang terhadap lingkungan disekitarnya. Konsep diri yang baik akan lebih mudah terbentuk dengan anugerah fisik yang baik.  Sementara anak-anak dengan cacat fisik mungkin tidak mengalami ketidakpercayaan diri yang akhirnya berpengaruh besar pada pembentukan konsep dirinya . Karena diri merupakan aspek  yang sangat penting dalam kehidupan individu, sebab konsep diri ini yang memberi identitas mengenai  individu tersebut, serta menentukan keberhasilanya dalam interaksi sosial dan adaptasi terhadap lingkungan.[5]
Cacat dapat sebabkan dari kandungan maupun setelah dewasa(kecelakaan, penyakit, alkohol, dll). Kecacatan dapat berdampak pada Masalah fisik, Menyangkut PsikologisMasalah Sosial Ekonomi,Masalah Pendidikan, dan Masalah Vokasional. Maka dari itu di prlukan peran keluarga dan lingkungan sekitar.
Di antara hikmah dalam penciptaan Allah bahwa Allah akan memberi cobaan kepada mereka, dan menjadikan sebagian mereka sebagai cobaan bagi yang lain. Agar menjadi jelas siapa yang bersyukur dan siapa yang kufur kepada-Nya.

B.      Saran
·         Referensi dari buku masih kurang. Karena keterbatasan sumber buku. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat melengkapi dengan referensi yang lebih detail.











DAFTAR PUSTAKA

Nasirin.2010.”Kebermaknaan Hidup Difabel (Skripsi)”.Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga
Saniscara, Irma Dyah.2011.”Faktor Yang Berperan Dalam Melahirkan Kreativitas Besar Seorang Difabel (Skripsi)”.Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga
“Allah Menciptakan Orang Cacat”.http://islamqa.info/id/ref/7951(diakses 20 mei 2013)






A.      Lampiran 1


GAMBAR PENYANDANG KECACATAN


Qian Hongyan, Perenang.
Wawancara dengan anggres, penyandang tuna rungu wicara
                               

B.      Lampiran 2
WAWANCARA







             





Lanjutan


[2]Nasirin, “Kebermaknaan Hidup Difabel (skripsi)”, (Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga, 2010), hal. 75
[3] Irma Dyah Saniscara, “Faktor Yang Berperan Dalam Melahirkan Kreativitas Besar Seorang Difabel (skripsi)”,(Yogyakarta:UIN Sunan Kalijaga,2011), hal. 56
[4] Hasil wawancara kepada Anggres, penyandang tuna rungu dan wicara (selasa, 22 Mei 2012)


Tidak ada komentar: