Daku...

Aku akan tempuh hari hariku bersama cinta yang utama, Aku ingin mati di jalan ini bersama kemuliaanyang tak terkira,Aku tidak akan menyerah selamanya tidak akan menyerah di jalan-Nya.

Selasa, 12 November 2013

Aliran Ahli Sunnah Wal Jama’ah



Aliran Ahli Sunnah Wal Jama’ah
Oleh: Khoiro Ummatin
ASWAJA ASY’ARIYAH
Latar Belakang Kelahirannya.
       Sunni Asy’ariyah atas reaksi tehadap pertentangan antara kaum mu’tazilah dengan kaum salaf. Aliran Asy’ariyah ini mencoba menjembatani  atau mengambil jalan tengah antara keduanya, karena Mu’tazilah lebih mengutamakan akalnya, sementara kaum salaf lebih menekankan kehati-hatiannya dengan berpegang teguh pada lahir ayat dan hadits.
       Pendiri: Abu Hasan Al-Asy’ari, salah seorang keturunan Abu Musa Al-Asy’ari. Sebelumnya, Abu Hasan pengikut Mu’tazilah, berguru pada Al-Jubbai selama 40 tahun.
       Akhirnya Abu Hasan keluar dari Mu’tazilah dan  menyerang ajaran Mu’tazilah, karena Asy’ari melihat pendapat  Mu’tazilah yang mengedepankan akal dan suka menakwilkan Al-Qur’an dengan akal bisa menghancurkan persatuan umat Islam.
Ajaran Aliran Aswaja Asy’ariyah
       Sifat Tuhan:Tuhan memiliki sifat dan Dzat yang berbeda dengan yang lain.
        Perbuatan manusia: bahwa perbuatan manusia bukan semata-mata diciptakan oleh Allah tapi manusia juga mempunyai andil atas terwujudnya perbuatan tersebut yang kemudian disebut sebagai kasb.
       Melihat Tuhan dihari akhira:Tuhan bisa dilihat diakhirat oleh orang yang beriman dengan mata kepala sendiri.
       Dosa besar: mu’min yang berdosa besar, tidaklah kafir tapi imannya berkurang (naqish), terserah Tuhan mau memasukkannya ke surga atau ke neraka.
       Al-Qur’an: bahwa Al-Qur’an bukan makhluk Allah seperti yang dikatakan oleh Mu’tazilah, tapi Al-Qur’an adalah kalam Illahi yang Qadim.
       Asy’ari merupakan mantan pengikut aliran Mu’tazilah sebagai aliran rasionalist islam, dengan demikian, argumen Asy’ari untuk mengokohkan konsep ketuhanan melalui argumentasi fikiran mendapat dukungan dari masyarakat.juga pihak penguasa antara lain penguasa Bani Saljuk di Mesir, penguasa bani Muwahhidun di Afrika Utara & Spanyol dan penguasa bani Ghasnawiyah di Punjab, Afghanistan, Iran & penguasa Turki Usmani.
Dukungan Masyarakat karena:
       Masyarakat umum sudah bosan dengan banyaknya masalah yang diperdebatkan dan berlarut-larut tanpa berkesudahan.
       Argumentasi Asy’ari dilengkapi dengan dalil-dalil yang kuat yang membuat orang tertarik padanya dan lagi pula pribadi Asy’ari terkenal dengan ketaqwaanya dan kesalehannya.
       Sejak Abbasiyah dipegang khalifah Mutawakil, aliran Mu’tazilah tidak lagi dijadikan sebagai aliran resmi negara.
       Para ulama mengarahkan kepada umat untuk mengikuti Asy’ariyah dan berpaling dari Mu’tazilah.
       Dilegitimasi atau didukung oleh pemerintahan yang berkuasa (negara), misalnya:Abbasiyah semenjak dipegang oleh Khalifah Mutawakkil, pemerintahan Turki Usmani dan seterusnya. .
Kelemaham Asy’ariyah:
       Mengenai perbuatan manusia, walaupun Asy’ari mengatakan bahwa manusia ikut andil dalam mengimplementasikan perbuatannya melalui kasb namun karena kasb itu tidak mempunyai pengaruh apa-apa maka Asy’ari cenderung ke arah Jabariyah dengan menyerahkan segala sesuatunya kepada Tuhan semata.
ASWAJA AL-MATURIDIYAH
Latar Belakang Kelahirannya:
       Al-Maturidiyah juga lahir sebagai reaksi atas pertentangan ekstremitas golongan tekstualis yang dipelopori oleh kaum Hanabilah atau pengikut Imam Abu Hambali dan golongan rasionalis Mu’tazilah.
       Bila Asy’ariyah bertempat di Irak dan Syam dan bermadzhab Syafi’i, sementara Maturidiyah bertempat di Samarkand (sekarang Sovyet) dan bermadzhab Hambali.
       Pendirinya: Abu Mansur Muhammad bin Muhammad bin Mahmud Al-Maturidi yang lahir di Samarkand.
       Pemikiran kalamnya banyak yang sama dengan pikiran-pikiran Abu Hanifah, sehingga Abu Mansur bisa dikatakan sebagai pengurai atau penjelas dari pemikirannya Abu Hanifah.
Ajaran-ajaran aliran Al-Maturidiyah antara lain:
       Sifat Tuhan: Tuhan mempunyai sifat-sifat, dan Tuhan mengetahui dengan sifat ilmu-Nya bukan dengan dzat-Nya (sependapat dengan Asy’ariyah).
       Perbuatan manusia: perbuatan manusia bukan diciptakan oleh Tuhan sekalipun kehendak atau kemauan Tuhan, akan tetapi perbuatan tersebut diwujudkan oleh manusia sendiri (sependapat dengan Mu’tazilah).
       Al-Qur’an, menurut Al-Maturidi Al-Quran adalah kalam yang Qodim, bukan diciptakan dan bukan makhluk (sependapat dengan Asy’ariyah).
       Dosa besar, orang mu’min yang berdosa besar maka dia tidak dihukumi kafir akan tetapi dia tetap mu’min (sependapat dengan Asy’ariyah).
       Janji dan ancaman:bahwa Tuhan harus menetapi janjinya terhadap orang yang baik dengan memberikan pahala (surga), dan memberikan adzab terhadap orang yang mengingkarinya (sependapat dengan Mu’tazilah).
       Antropomorphisme: bahwa ayat-ayat yang menggambarkan seolah-olah Tuhan mempunyai bentuk jasmani seperti manusia harus ditakwilkan dan diberi arti majazi, bukan diartikan secara harfiah, ini sependapat dengan Mu’tazilah.
Catatan:
       Al-Maturidiyah tidak konsisten pada pendapat-pendapatnya, walaupun aliran Al-Maturidiyah ahli sunnah wal jama’ah tapi pemikirannya banyak yang mengikuti Mu’tazilah.
       Al-Maturidiyah dalam memberikan porsi kepada akal fikiran lebih besar ketimbang Asy’ariyah. 
 Pebandingan Antara ASY’ARIYAH VS AL-MATURIDIYAH
       Persamaan:
1. Tuhan mempunyai sifat, dan dengan sifat-Nya itulah Tuhan mengetahui, jadi Tuhan mengetahui  bukan dengan dzat-Nya..
2.Orang mu’min yang berdosa besar tetap mu’min, namun karena perbuatannya tersebut dianggap fasik (imannya berkurang) dan hukumannya terserah pada Tuhan untuk mengampuninya atau mengadzabnya.
3.Tuhan bisa dilihat di akhirat oleh orang beriman.
4.Al-Qur’an bukan makhluk  seperti yang dikatakan oleh Mu’tazilah, tapi kalamullah yang Qadim. Mushafnya makhluk, namun kandungan Al-Qur’an adalah qadim.
5.Aliran Asy’ariyah dan Maturidiyah mempunyai tujuan yang sama yaitu lahir untuk membendung faham aliran Mu’tazilah yang dianggap melenceng dari kebenaran Islam.
 Perbedaan pemikiran Aswaja Asy’ariyah dengan Al-Maturidiyah
1. Dalam pengambilan hukum fiqh:
    -Asy’ariyah: madzhab Syafi’I,
    -Al-Maturidiyah: madzhab Hanafi.
2.Tentang perbuatan manusia:
    -Asy’ariyah:Tuhan yang menciptakan perbuatan manusia disamping manusia punya kasb / ikhtiar untuk mewujudkan perbuatannya.
    -Al Maturidiyah: manusialah yang meciptakan perbuatannya sendiri.
        
3.Dalam menggunakan akal:
  -Asy’ariyah menggunakan akal untuk mengokohkan konsep ketuhanan dalam aqidahnya.
  -Al-Maturidiyah seperti halnya Mu’tazilah bahwa segala sesuatu di takar lewat akal.
4.Kewajiban mengetahui Tuhan: bagi Asy’ariyah manusia berkewajiban untuk mengetahui Tuhan melalui wahyu sementara bagi Maturidiyah kewajiban mengetahui Tuhan melalui akal.
Beda Maturidiyah VS Asy’ariyah:
1. Maturidiyah: Iman terdapat dalam hati dan diucapkan dalam perkataan, disempurnakan dengan perbuatan.
    Asy’ariyah: Iman terdapat dalam hati, diucapkan dengan lisan dan dibuktikan dengan perbuatan.
2. Maturidiyah: manusia mengetahui Tuhan dengan akal. Sedangkan Asy’ariyah: manusia mengetahui Tuhan dengan wahyu.
  1. Maturidiyah: untuk mengetahui baik dan buruk, manusia dituntun oleh akal.
     Asy’ariyah: manusia mengetahui baik dan buruk oleh wahyu.
4. Maturidiyah: dalam bidang fiqh mengikuti madzhab Hanafi.
    Asy’ariyah: dalam bidang fiqh mengikuti madzhab Syafi’i.
5. Maturidiyah: bertempat di Samarkand (sekarang Sovyet)
    Asy’ariyah: bertempat di Irak dan Syam

Tidak ada komentar: