Daku...

Aku akan tempuh hari hariku bersama cinta yang utama, Aku ingin mati di jalan ini bersama kemuliaanyang tak terkira,Aku tidak akan menyerah selamanya tidak akan menyerah di jalan-Nya.

Senin, 11 November 2013

Periwayatan al-Hadis




n  Penerimaan Riwayat
n   (tahammul al-hadis)
n  &
n  Meriwayatkan al-Hadis
n  (Ada’ al-Hadis)
n  Cara Menerima Riwayat
  1. Sama’ min lafd al-Syaikh : mendengar dari perkataan gurunya langsung (akhbarani, akhbarana, haddasani, haddasana, sami’tu, sami’na)
  2. Al-Qiro’ah ‘ala al-Syaikh: membacakan hadis di hadapan guru (qara’tu ala, quri’a ala fulan wa ana asma’, haddasana aw akhbarana qiroatan alaih)
  3. Ijazah: pemberian ijin dari seorang rawi untuk meriwayatkan hadisnya (kitab hadis tertentu, seluruh riwayat, seluruh hadis yang didengar)
  4. Munawalah: Pemberian guru kepada murid tentang naskah hadis untuk diriwayatkan (setelah pemberian naskah ada perintah [ijazah] meriwayatakan, tetapi adakalanya tidak ada ijazah). Lafad munawalah dalam hadis: anba’ani; anba’ana (munawalah&ijazah), nawalani, nawalana (munawalah tanpa ijazah) 
n  Cara Menerima Riwayat…
  1. Wijadah: menemukan tulisan hadis (manuskrip,pen.) yang tidak diriwayatkan. Contoh lafad wijadah dalam hadis: “Qara’tu bi khatti gulan”, “wajadtu bi khatti fulan”, “haddasana fulan”.
  2. Washiyah: Pesan seseorang ketika akan bepergian atau wafat dengan sebuah kitab  untuk diriwayatkan. Contoh: “ausani ilayya fulan bikitabin qala fihi haddasana…”
  3. I’lam: pemberitahuan guru kepada muridnya bahwa hadis yang diriwayatkannya adalah riwayatnya sendiri yang diterimadari guru seseorang dan tidak menyuruh si murid untuk meriwayatkannya. Contoh: “A’lamani fulan qala haddasana…” àcara ini tidak dibolehkan, dikhawatirkan guru tahu ada cacat di dalam hadis.    
n  Cara Menerima Riwayat…
  1. Mukatabah: Seorang guru menulis hadis atau menyuruh orang menulis hadis kepada seseorang baik di hadapannya atau di tempat lain (koresponden, mailing hadis). Ada dua cara: 1). Mukatabah al-maqrunah bi al-ijazah (mukatabah disertai perintah meriwayatkan), contoh: “ajaztu laka ma katabtuhu ilaik”, “ajaztu ma katabtu ilaik” 2). Mukatabah gair al-maqrunah bi al-ijazah (mukatabah yang tidak disertai pernitah meriwayatkan). Contoh: “Kataba Muawiyah ila al-Mughirah ra…”, “Kataba ilayya Yahya bin Abi Kasir…”, “haddasani funa kitabatan”, “akhbarani fulan kitabatan” .
 
n  Lafad dalam Meriwayatkan al-Hadis
n  Lafad meriwayatkan Hadis bagi rawi yang mendengar langsung dari guru: sami’tu, sami’na, haddasani, haddasana
n  Lafad yang digunakan bagi rawi yang membaca atau menghafal hadis di hadapan guru kemudian sang guru mengiyakan: akhbarani, akhbarana 
n  Lafad saat seseorang memberitahukan kepada si rawi: anba’ana, naba’ana
n  Lafad saat seseorang berkata kepada si rawi: qala li (lana) fulan, zakara li (lana) fulan.
n  Lambang pergantian dalam jalur periwayatan bisa digunakan oleh ulama hadis adalah huruf “ha” artinya “tahawwul” (beralih)
n  Lafad bagi rawi yang mungkin mendengar  sendiri  atau tidak mendengar sendiri: ruwiya, hukiya, ‘an, anna.   
n  Istilah Hadis Mu’an’an dan Muannan
n  Hadis Mu’an’an: Hadis yang diriwayatkan oleh rawi dengan lafad ‘an (dari)
n  Hadis Muannan: Hadis yang diriwayatkan oleh rawi dengan lafad anna (bahwasannya)
n  Hadis mu’an’an dan muannan dianggap bersambuang sanadnya (muttasil) apabila rawinya bukan seorang mudallis, semasa/sezaman dengan gurunya,  pernah bertemu dengan gurunya, dapat dipastikan  bahw ia benar-benar menerima riwayat dari gurunya.    

Tidak ada komentar: