ILMU NASIKH WA MASUKH

      huwa al-Ilm al-ladi yabhasu ‘an al-Ahadis al-muta’aridoh allati la yumkin al-tawfiq bainaha min haisu al-hukm ‘ala ba’diha bi annahu nasikh. Wa ‘ala ba’diha al-akhor  biannahu mansukh. Fa ma  sabata taqaddamahu kana mansukhan wa ma ta’akhkharahu kana nasikhan

      Ilmu yang membahas hadis-hadis yang saling berlawanan maknanya yang tidak mungkin dapat dikompromikan dari segi hukum yang terdapat pada sebagiannya, karena ia sebagai nasikh (penghapus) terhadap hukum yang terdapat pada sebagiai yang lain, karena ia sebagai mansukh (yang dihapus). Karena itu, hadis yang mendahului adalah sebagai mansukh dan hadis yang terakhir adalah sebagai nasikh  

      Manfaat mengetahui nasikh dab mansukh hadis

      Membantu ulama syari’ah dalam mengambil hadis yang nasikh (terhapus) dari hadis yang mansukh (menghapus) sebagai dasar hukum

      membantu dan memudahkan para ahli syari’ah dalam mengambil kesimpulan terhadap hukum dari dalil nash (hadis) yang maknanya tersirat (melihat, memahami  makna hadis yang dahulu datang [mansukh, terhapus] dan mana yang datang kemudian [nasikh, menghaspus] )

      Cara Mengetahui Nasakh

      Terdapat penjelasan dalam hadis itu sendiri oleh Rasulullah

      Ada penjelasan oleh Sahabat

      Mengetahui sejarah turunnya al-hadis

      Ulama’ dan Kitab Nasikh Mansukh

      Al-Nasikh wa al-Mansukh oleh Qatadah bin Di’amah al-Sudusiy (61-118H), pelopor ilmu nasikh-mansukh

      Imam al-Syafi’I salah satu ulama yang ahli dalam ilmu nasikh mansukh

      Nasikh al-Hadis wa Mansukhuhu oleh Al-Hafid Abu Bakar Ahmad bin Muhammad Al-Asram (261H), 3 juz

      Nasikh al-Hadis wa Mansukhuhu oleh Abu Hafsin bin Ahmad al-Bagdadiy / Ibn Syahin (297-385)

      Al-I’tibar fi al-Nasikh wa al-Mansukh min al-Asar oleh Al-Hafid Abu Bakar Muhammad bin Musa al-Hazimiy (548-584H)